Oleh Ustadz Yusuf Usman Baisa
Pada musim pemilu yang lalu kita menyoroti rombongan Jokowi yang dipenuhi dengan tokoh-tokoh liberal, maka setelah mereka berkuasa kita menyaksikan bagaimana mereka bekerjakeras melucuti unsur agama Islam terutama pada aspek pendidikan.
Kalau pada era Suharto kita menyaksikan bagaimana Daud Yusuf selaku Mendikbud pada saat itu dengan beraninya mengurangi habis-habisan pelajaran agama, maka sekarang kita menyaksikan kelanjutnnya, bagaimana unsur agama Islam dikerdilkan oleh Kementerian pendidikan pada saat ini.
Dimulai dengan melucuti Kementerian agama dalam mengurusi pendidikan tinggi, sehingga sudah tidak lagi memiliki hak untuk memiliki Perguruan Tinggi dan tidak lagi mengendalikan Sekolah Tinggi Agama, maka semua urusan pendidikan tinggi dipusatkan pada Kementerian Pendidikan.
Pada saat ini pula kita menonton ulah Menteri Pendidikan yang mulai memperkarakan konten dari pelajaran agama Islam yang dinilainya fanatik dan eksklusif dengan tampilan aqidah dan akhlaqnya, untuk digantikan dengan materi yang menganggap semua agama sama.
Cemas dan miris hati kita saat memandang ke depan, harapan kita kepada generasi penerus sudah semakin pudar, kita membayangkan mereka sudah tidak lagi menganggap pentingnya sikap tauhid kepada Alloh dan tidak memiliki keyakinan akan bahaya syirik terhadap Alloh.
Generasi mendatang tidak lagi peduli harus berbuat apa saat Islam dan Muslimin diinjak-injak orang kafir dengan cara yang bengis seperti di Myanmar, sehingga mereka menjadi manusia kosong yang selalu siap mengerjakan apapun yang dimaui oleh para penjajah.
Lantas apa yang mesti kita lakukan dalam mengantisipasi ulah kaum liberal yang semakin berkuasa di negeri ini ? Sementara KMP (Koalisi Merah Putih) yang sempat memberikan harapan untuk bisa mengendalikan ulah mereka yang berbahaya ini, terus diadu-domba dan digembosi, akibatnya mereka hanya sibuk mengurusi keributan internal mereka.
Kaum muslimin ternyata hanya bisa berharap kepada Alloh Ta’ala kemudian kepada diri mereka sendiri, mereka harus mampu melahirkan generasi yang kuat dari rahim mereka sendiri, dan tidak bisa bersandar kepada orang lain yang hanya bersemangat memperjuangkan kepentingan mereka semata.
Muslimin sudah tidak bisa lagi menyekolahkan anak-anak mereka ke Sekolah Negeri yang terus-menerus mengalami proses liberalisasi.
Muslimin harus memiliki sekolah-sekolah Islam yang kuat dari tingkat dasar, menengah dan tinggi, yang benar-benar mampu melahirkan para pemimpin bangsa pada semua lini kepemimpinan, baik politik, ekonomi maupun sosial.
Kita sudah tidak bisa lagi berpangku-tangan menyaksikan ulah kaum sekuler dengan segala aksi mereka yang terus menggerogoti sendi-sendi kekuatan umat Islam.
Dahulu sampai pada era delapan puluhan negeri kita masih memiliki para ulama yang gagah berani dan memiliki komitmen tinggi terhadap nasib Islam dan muslimin, namun pada saat ini kita telah kehilangan para tokoh patriotik seperti itu.
Mereka telah dikuburkan dan tidak tergantikan oleh orang yang serupa mereka, sehingga pergantian generasi terus mengalami penurunan kualitas dan kuantitas.
Yang menjamur pada saat ini adalah para pemimpin yang memperkaya diri sendiri dengan segala cara dan hanya mementingkan partai dan kelompok mereka saja.
Abuisa Baisa, Mar22 pada 7:56 AM
(nahimunkar.com)
Post A Comment:
0 comments: